Selain kita melihat kehadiran internet sebagai suatu kenyataan baru dalam ranah public kehidupan manusia tentunya sebagai orang yang bertanggung jawab dan prihatin tidak boleh mengabaikan peran media diamana ia sebagai salah satu wadah penampungan informasi serta instrument penyebarluasan berita. Namun dalam realitas konkret kebanyakan dalam beberapa media tertentu lebih mengutamakan nilai keuntungan ekonomis dan tidak lagi memperhatikan akurasi data serta fakta dalam penyampaian informasi. Tentu hal ini menjadi salah satu sumber penilaian bagi masyarakat bahwa media tertentu masuk dalam tindakan penyebaran berita bohong. Hal yang paling miris bahwa penyampaian aspirasi dan pendapat tidak lagi etis dan sengaja disebarkan. Penulis belajar dari berbagai temuan saat ini bahwa kebenaran tidak lagi menjadi patokan atau tolok ukur tetapi hal yang dikedepankan adalah pemuasan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok.
Realitas diatas telah menjadi salah satu bahan refleksi dan mesti diterima sebagai suatu pergumulan baru dalam kehidupan manusia. Hal ini juga menuntut sikap kritis di tengah kungkungan informasi dan teknologi. Hemat penulis manusia tidak akan terjerumus dalam lubang kelam informasi apabila ia benar-benar memanfaatkan suatu karunia dalam dirinya sebagai makhluk yang berakal budi. Dalam hal ini manusia tentunya dapat menggunakan daya kriitisnya untuk menyikapi realitas baru yang terjadi disekitarnya.
Eksistensi manusia sebagai makhluk rasional sebenarnya mampu menangkal informasi yang datang, dengan menyaring dan membandingkan itu dengan sumber-sumber lain. Dalam artian bahwa tidak semua informasi dilahap begitu saja tetapi manusia menjadi tuan atas informasi yang ada, dan mampu membongkar kepatuhan mutlak pada informasi yang diterima. Penulis yakin apabila manusia benar-benar menggunakan daya kritisnya akan menjadi tuan atas informasi bukan menjadi budak terhadap segala informasi yang datang.
Postmodern sebagai wadah informasi
Dunia postmodern menjadi wadah yang relevan untuk penyebarluasan informasi serta memunculkan peluang dan tantangan bagi manusia untuk menentukan kebenaran. Aliran ini dimulai oleh seorang filsuf jerman Edmund Husserl. Ia mengawali kritik terhadap sains dalam persketif fenomenologis. Ia menjelaskan tentang pentingnya dunia pra-keilmuan (prescientific world) yang mensyaratkan pemahaman akan keutuhan kualitas dunia inderawi. Kritik ii berdasar pada modernism yang sangat menekankan pengetahuan objektif dan mengabaikan pengetahuan subjektif.
Pada intinya masa ini adalah salah satu masa dimana individu bebas berpendapat serta terbuka mengekspresikan dirinya. Hal ini menjadi keprihatinan penulis bahwa lahirnya postmodernisme ini beriringan dengan kemajuan teknologi dan informasi. Dalam artian bahwa adanya kebebasan berpendapat dan mengekspresikan diri yang tidak terkontrol dapat mengarah pada suatu penyimpangan mulai dari hal konkret yang kita alami seperti berita bohong, penipuan, propaganda dan semacamnya. Apabila membandingkan dengan zaman modern bahwa pada masa ini dogma masih diperhatikan dan menjadi point paling urgent untuk diikuti sertta dipertahankan kini manusia tunduk pada kemajuan baru beserta kebebasan yang ada didalammnya yakni teknologi dan teknologi informasi. Tentu hal inilah yang dapat membahayakan untuk kehidupan zaman ini.