Kepala SDN Lete, Yosep Samlan Lero menjelaskan, keadaan ruang kelas tersebut merupakan bangunan lama yang terakhir direhabilitasi pada tahun 2006 dan sejak saat itu belum pernah diperbaiki.
“Ruang kelas itu sebenarnya sudah tidak layak pakai, tapi karena tidak ada ruangan lain, kami tetap gunakan untuk kegiatan belajar. Terakhir direhab tahun 2006, dan tahun 2023 kami hanya memperbaiki dinding dengan menggunakan pelepah bambu,” katanya.
Yosep juga mengungkapkan bahwa pihak sekolah sudah mengajukan laporan ke Dinas Pendidikan Manggarai Timur sejak tahun 2023 untuk meminta penambahan ruang kelas. Namun, dari dua ruang yang diusulkan, hanya satu yang disetujui.
“Pada tahun 2023 kami sudah lapor ke Dinas Pendidikan untuk meminta tambahan dua ruang kelas, namun yang disetujui hanya satu ruangan dan sekarang dipakai untuk kelas 6,” tambahnya.
Setelah kejadian ambruknya bangunan tersebut, pihak sekolah kini tengah menyusun laporan resmi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai Timur untuk mengajukan kembali permohonan pembangunan ruang kelas baru.
“Kami sudah menyiapkan laporan resmi agar segera disampaikan ke dinas. Harapannya ada respon cepat supaya anak-anak bisa kembali belajar dengan nyaman,” tutup Yosep.
Peristiwa ini menjadi cermin nyata minimnya perhatian terhadap fasilitas pendidikan di wilayah pedalaman Manggarai Timur. Banyak sekolah dasar di daerah terpencil masih mengandalkan bangunan lama yang jauh dari standar kelayakan.
Pemerintah Daerah, terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur, diharapkan segera turun tangan untuk menindaklanjuti laporan dari pihak SDN Lete.
Langkah cepat sangat dibutuhkan agar proses belajar-mengajar tidak terganggu dan siswa bisa belajar di ruang kelas yang aman serta layak.***
![]()
![]()
![]()
