Jakarta, SwaraNTT.Net – Direktur Eksekutif, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengatakan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia baru mencapai 13%, masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 23% pada 2025.
“Target ini perlu kerja keras agar dicapai dalam dua tahun mendatang, dan apalagi kita ke tahun lalu sudah memutuskan bahwa kita akan kembali ke Net Zero Emission pada 2060,” kata Direktur Eksekutif INDEF, ujar Ahmad dalam diskusi publik melalui virtual dengan mengusung tema ‘Quo Vadis Panas Bumi Indonesia’, Rabu (5/4/2023).
Ahmad juga menjelaskan pengembangan EBT ini harus digenjot, mengingat pada 2060 mendatang, Indonesia telah memutuskan tidak akan menggunakan atau melarang penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan.
Menurutnya, salah satu cara agar target tersebut tercapai yaitu dengan pengembangan geothermal atau energi panas bumi. Di mana, energi panas bumi ini dikenal lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sumber bahan bakar konvensional seperti batubara.
“Dengan geothermal diharapkan bisa mengurangi berbagai penggunaan energi-energi yang tidak terbarukan,” beber Ahmad.
Meskipun demikian, kata Ahmad pengembangan geothermal di Indonesia memiliki tantangan yang cukup berat. Mulai dari hambatan teknologi, pembiayaan, hingga regulasi yang bisa mendukung geothermal di Indonesia.