oleh

Orang Tua Siswa Pertanyakan Kebijakan Kepala Sekolah SMPK St. Fransiskus Ruteng

Ruteng,Swarantt.net – Orang tua siswa dengan inisial RD bersama istrinya VD mempertanyakan kebijakan kepala sekolah SMPK St. Fransisku Xaverius Ruteng RD. Ferdinandus Usman, Pr yang mengeluarkan 52 orang siswa karena mendapat nilai nol (0) dari berbagai mata pelajaran pada ujian kenaikan kelas beberapa waktu lalu. Salah satu dari ke 25 siswa tersebut adalah anak mereka.

Disaksikan Swarantt.net di ruang kerja kepala sekolah Jumat (28/06/2019),RD bersama istrinya VD menyampaikan rasa kecewa kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran  karena dalam Laporan Hasil Belajar Peserta Didik anak mereka memperoleh nilai nol (0) untuk mata pelajaran seni dan Budaya.

Orang tua siswa ini mempertanyakan kenapa anak mereka mendapat nilai nol mata pelajaran seni dan budaya dan dikeluarkan dari sekolah.

Pasalnya menurut mereka, anaknya mengikuti ujian secara keseluruhan, terkecuali mata pelajaan seni dan budaya. Tetapi Dia tidak ikut karena alasan sakit, hal inipun kata mereka sudah disampaikan kepada pihak sekolah lengkap dengan surat keterangan dokter. Sehingga dalam benak mereka anaknya sudah mengikuti ujian susulan.

“anak kami waktu ujian mata pelajaran tuh lagi sakit,dan itu kami sudah sampaikan kepada pihak sekolah,ada surat keterangan sakit dari dokter, tetapi tiba-tiba saja anak kami dikeluarkan dari sekolah, lalu apakah sekolah sendiri tidak memberikan  kesempatan kepada siswa yang belum ujian untuk mengikuti ujian susulan” kata RD.

“kami sangat kecewa Romo,masa sekolah tidak ada ujian susulan,dan semestinya sekolah memberitahukan kepada kami orang tua,kalau anak kami belum mengikuti ujian, sehingga kami bisa tau kalau anak kami belum ikut ujian, mana tanggungjawab sekolah, jangan berhubungan dengan kami orang tua, hanya pada saat minta uang sekolah, setelah itu hilang kontak” kata RD.

Mereka juga mengaku bahwa keputusan sekolah yang mengeluarkan anak mereka berdampak pada psikologinya. Sebab kata mereka konotasi gugur ataupun dikeluarkan dari sekolah identik dengan bodoh.

“kami tidak persoalkan anak kami dikeluarkan dari sekolah, kalau misalkan sekolah juga sudah membangun komunikasi dengan kami orang tua tentang kelalaian anak kami,tetapi ini tidak ada, tiba-tiba saja ada berita anak kami dikeluarkan, ini berdampak pada phisokologi anak kami,karena konotasi gugur atau dikeluarkan secara lurus saja dipahami anak kami yaitu bodoh” katanya.

Komentar