Oleh Pulus Bau Mau
Beberapa waktu yang lalu, media online Sindonews.com menurunkan berita tentang seorang gadis putus sekolah berusia 16 tahun yang dikenal dengan panggilan Dea, memimpin tawuran gangster Kuta Bumi atau Syaraf 34, di Kota Tangerang. Seorang remaja anggota gangster tewas dalam tawuran itu (Bdk. “Satu Tewas Dalam Perang Gangster yang Dipimpin Gadis 16 Tahun”, Hasan Kurniawan, edisi Senin, 10 Juni 2019).
Kejadian ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi di tanah air, baik itu di kota atau pun di desa. Berangkat dari kasus di atas, sesungguhnya masalah kenakalan remaja seperti tawuran dan tindakan anarkis lainnya dianggap sebagai salah satu contoh degradasi moral dari sebagian generasi muda.
Karena itu, kejadian-kejadian seperti ini ini harus menjadi bahan evaluasi mendasar bagi para orang tua, pendidik dan pemerintah serta dari semua pihak. Lalu, pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukan?
Pentingnya Pendidikan Moral
Dalam menyingkapi fakta kelam seperti ini, pendidikan moral menjadi salah satu prioritas dari sebuah lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang penting dalam membentuk karakter dari setiap perserta didik. Sekolah sejatinya harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang berkarakter dan bisa menjadi panutan di tengah masyarakat.
Selain lembaga pendidikan formal seperti sekolah, keluarga juga merupakan lokus utama untuk membina dan membentuk moral pribadi dari seorang anak. Situasi keluarga memberikan pengaruh yang signifikan bagi perkembangan kepribadian dari seseorang. Apabila dalam suatu keluarga sering terjadi keributan atau pertengkaran antara kedua orang tua maka hal itu sangat memicu anak menjadi agresif.
Dan lambat laun, situasi ini akan mempengaruhi pola tingkah laku anak dalam pergaulan hidupnya dengan sesama. Lalu kenyataan lainnya adalah apabila seorang anak itu tidak mendapatkan kenyamanan di rumahnya sendiri maka ia akan mencari kenyamanan di luar rumah, dengan membentuk suatu geng bersama teman-teman sebayanya.
Situasi-situasi seperti inilah yang mesti ditilik secara bijak oleh orang tua dalam mendampingi proses perkembangan anaknya dari waktu ke waktu.
Komentar