PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi panas bumi untuk menghasilkan energi listriknya.
Panas bumi adalah sumber energi terbarukan yang terkandung dalam air panas, uap air, batuan, maupun mineral dan gas lainnya yang ada di dalam perut bumi. Panas bumi ini dapat menghasilkan energi alternatif sebagai pengganti energi yang berasal dari fosil. Energi inilah yang kemudian disebut dengan energi panas bumi.
Listrik dari tenaga panas bumi saat ini baru digunakan di 24 negara, sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi digunakan di 70 negara.
Perkiraan potensi listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi berkisar antara 35 sampai dengan 2.000 GW. Kapasitas di seluruh dunia pada tahun 2022 adalah 16.127 megawatt (MW), dengan kapasitas terbesar di Amerika Serikat sebesar 3.794 MW, diikuti oleh Indonesia (2.356 MW), Filipina (1.935 MW), Turki (1.682 MW), Selandia Baru (1.037 MW), Meksiko (962,7 MW), Kenya (944 MW), Italia (944 MW), Islandia (754 MW), dan Jepang (621 MW).
Indonesia dikaruniai sumber panas bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung berapi. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya Pulau Kalimantan yang tidak mempunyai potensi panas bumi.
Di Indonesia, energi panas bumi telah dimanfaatkan secara luas dan menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang penting. Menurut data dari PT PLN (Persero), saat ini terdapat sekitar 2.000 MW kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi yang beroperasi di Indonesia. Salah satunya PLTP Ulumbu yang ada di desa Wewo, kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang diresmikan pada tahun 2011.
Cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Sistem kerja PLTP pada prinsipnya sama dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yaitu memanfaatkan panas untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik. Yang membedakan PLTP dan PLPU adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi memanfaatkan fluida thermal dari sumber panas bumi untuk memutar turbin. Turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik.
Panas bumi terbentuk ketika air (misalnya dari hujan) meresap ke dalam tanah hingga mencapai batuan reservoir. Magma yang menjadi sumber panas utama akan memanaskan air tersebut hingga berubah menjadi air panas atau uap panas.
Air atau uap panas ini disebut juga dengan fluida termal dan biasanya memiliki suhu mencapai 240-310°C. Fluida termal inilah yang disebut dengan panas bumi yang nantinya digunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Untuk bisa mendapatkan fluida thermal, terlebih dulu harus mengebor sumur produksi panas bumi di lokasi yang memiliki potensi energi panas bumi. Kedalaman pengeboran biasanya 1.500 sampai 2.500 meter, sebagaimana dilansir dari situs web Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dengan kedalaman itu, fluida thermal dalam PLTP tidak berasal dari air permukaan, melainkan berasal dari sumur panas bumi, sehingga tidak menganggu sumber air untuk masyarakat.
Berdasarkan teknologinya, pembangkit listrik memiliki sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain generator, turbin untuk menggerakkan generator, chiller, heat exchanger, pompa, dan beberapa komponen penting lainnya.
Namun seiring berkembangnya zaman, teknologi PLTP juga mengalami perkembangan. Dilansir laman ESDM, saat ini ada tiga macam teknologi PLTP yang dapat digunakan, yaitu:
Dry Steam Power Plants
Ini adalah tipe pembangkit tertua sekaligus yang pertama kali dikembangkan. Cara kerjanya adalah uap panas dialirkan langsung ke arah turbin. Turbin akan bekerja mengaktifkan generator sehingga nantinya dapat menghasilkan listrik.