Manggarai, SwaraNTT.Net – Proyek Pembangunan Irigasi Wae Denger di Desa Lemarang Kecamatan Reo Barat Kabupaten manggarai terkesan mubazir. Betapa tidak irigasi Yang sudah dibangun sejak tahun 2016 itu sampai sekarang tidak di aliri air sama sekali. Bahkan ada beberapa titik saluran tersebut sudah tertutup tanah. Akibatnya air tidak bisa mengalir.
Ditemui SwaraNTT.Net Pj. Kepala Desa Lemarang Heribertus Jehali mengakui bahwa Proyek irigasi Wae Denger tersebut hingga sekarang manfaatnya belum dirasakan oleh masyarakat Desa Lemarang.
“Ya proyek irigasi itu belum dirasakan masyarakat disini, hanya beberapa orang saja yang merasakan manfaatnya karena jarah sawah mereka jarak kurang lebih 400 meter dari wae denger” ujarnya.
Dia juga mengaku bahwa sejak awal proyek ini dirinya tidak tau, karena papan nama kegiatan tidak dipancang di lokasi, serta menegur kontraktornya karena mengambil pasir dekat lokasi irigasi.
Terkait pasir ini menurut warga setempat tidak layak dipakai untuk digunakan dalam campuran, tapi kata Heri bahwa pasir tersebut layak karena sudah dilakukan uji coba laboratorium.
Salah satu Warga Kampung Lemarang Paulus Kasen kepada SwaraNTT.Net juga mangakui bahwa saluran irigasi tersebut manfaatnya belum dirasakan oleh semua warga sekitar.
“Kami belum merasakan manfaat dari pembangunan irigasi Wae Denger, karena selama ini tidak jalan airnya, hanya beberapa warga yang punya sawah dekat dengan disana saja yang di aliri air” katanya.
Sementara kata Dia pada awal pembangunan proyek irigasi tersebut, disampaikan bahwa peruntukannya guna mengairi sawah masyarakat Desa Lemarang. Pemerintah juga lanjutnya waktu itu menyuruh masyarakat untuk membersihkan lahan untuk dijadikan lahan persawahan baru.
“Memang dulu dari Pemerintah menyuruh masyarakat yang punya lahan untuk potong semua pisang dan nantinya akan dijadikan persawahan baru masyarakat belum melakukan hal itu kalau tidak masyarakat yang punya pisang rugi besar ujarnya.”
Mubazirnya proyek ini menuai banyak aduan dan protes dari masyarakat setempat. Sampai akhirnya sampai ke telinga salah satu anggota DPRD Kartianus Durun. bersama media ini anggota DPRD dari Partai Kebangkitan Bangsa langasung turun ke lokasi untuk mengecek kebenaran dari pengaduan masyarakat tersebut.
Hasilnya ada beberapa titik yang sudah jebol tetapi sudah diperbaiki. Hal yang di temui SwaraNTT.Net juga saat ke lokasi ada beberapa bagian yang dibangun pada tahun 2019 yang sudah rusak.
Hal yang ditemukam SwaraNTT.Net saat ke lokasi pada bagian yang dibangun pada tahun 2019, ada dinding irigasi di beberapa titik sudah berlubang diduga karena campurannya tidak sesuai RAB ketika diterlusuri di dalam lubang itu hanya ada tanah yang di tutup oleh semen halus.
Untuk diketahui, pada tahun 2016 lalu irigasi tersebut dikerjakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Manggarai dengan sistem swakelola. Namun belum diketahui pasti jumlah anggarannya.
Pada tahun 2017, dikerjakan oleh CV Sarana Karya Murni dan menghabiskan anggaran Rp 1.300.000.000.
Selanjutnya pada tahun 2018, pembangunan irigasi tersebut kembali dianggarkan dan mengabiskan anggaran Rp 1.000.000.000. Saat itu dikerjakan oleh CV Rembong Nawa.
Tak hanya sampai di situ, pada tahun 2019 irigasi tersebut kembali dikerjakan oleh CV Tunas Cendana dengan anggaran sebesar Rp 442.861.664 dan konsultan pengawas CV Rai Restan Enginering.
Proyek tersebut dilakukan Provisional Hand Over (PHO) pada awal Januari tahun 2020, kendati sempat masuk dalam daftar Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) karena melebihi waktu yang ditentukan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Benediktus A. Doren, saat di temui Swaranet.Ntt di ruang kerjanya Rabu, (05/08/2020) mengakui hingga saat ini irigasi tersebut belum dimanfaatkan oleh masyarakat Lemarang.
Alasannya kata Dia,banyak titik pada irigasi tersebut yang tertutup tanah dan batu akibat bencana alam longsor. Dia juag mengatakan sudah memerintahkan anggotanya untuk membersihkan saluran irigasi tersebut.
“ Karena pembanguan yang sudah FHO maka menjadi tanggung jawab Dinas untuk memperhatikannya untuk itu saya sudah turunkan tim ke Lemarang untuk membersihkan tanah dan batu yang masuk irigasi.”
Sebelum PHO pada awal januari 2019 lalu lanjut dia, pihaknya turun langsung ke lokasi dan memeriksa semua kondisi dan kualitas bangunan dari ujung irigasi sampe batas akhir pembangunan.
“Semuanya sudah kita cek dan sesuai RAB, campuran semen untuk irigasi harus 1×3 dan ketebalan lantai irigasi 15 cm Karena tidak ada yang bermasalah, pihaknya berani mengeluarkan keputusan agar proyek tersebut PHO.
Saat di tanya mengenai Pasir untuk pembangunan irigasi itu juga menurut dia harus diambil dari Reok. Ia mengaku tidak mengetahui informasi bahwa saat pengerjaan, kontraktor mengambil pasir di sekitar lokasi itu.
“Kalau soal itu, saya kurang tau informasinya. Intinya saat pekerjaan konsultan pengawas standby di lapangan,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan rencananya akan ada lagi tambahan,sekitar 1 km lagi sesuai perencanaan. Namun karena keterbatasan anggaran akibat Covid-19 sehingga untuk tahu 2020 ini hanya Rp. 200 juta.
Laporan : Wawan