JAKARTA, SwaraNTT.net – Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau geothermal di Flores menimbulkan polemik, pro-kontra. Polemik terjadi karena masih minimnya pengetahuan masyarakat dan juga pemangku kepenting terkait energi panas bumi. Yang jelas, panas bumi adalah bagian dari transisi energi atau energi bersih yang juga disuarakan para pemimpin dunia di KTT Glasgow tahun 2021 silam.
Polemic goethermal Flores ternyata mendapat perhatian khusus juga dari anak-anak NTT, lebih khusus anak-anak Manggarai Raya yang sudah menyelesaikan studi mereka dijurusan geologi dan sekarang bekerja di perusahaan minyak di Jakarta.
Alberto Aduluhung Tumbar dalam wawancara dengan pengamat Tambang dan Energi, Ferdy Hasiman di chanel FB Ferdy Hasiman mengatakan, bahwa geothermal adalah energi panas bumi yang paling aman untuk sumber kelistrikan di Indonesia dan NTT pada umumnya.
Apalagi menurut dia, Flores adalah daerah ring of fire (Cincin api) yang dianugrahi potensi panas bumi yang sangat bermanfaat untuk supply listrik ke depan, karena 80 persen kelistrikan Flores masih bersumber pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan batubara yang sangat tinggi karbon dan dampak pencemaran lingkungannya sangat besar.
“Geothermal itu hasil dari peristiwa gesekan lempeng yang dapat memicu energi panas bumi dan dapat dikelola menjadi energi listrik. Terbentuknya panas bumi dapat menghasilkan uap yang kemudian uap itu menghasilkan Geothermal yang dapat digunakan untuk energi listrik. Secara konsep panas bumi ini artinya panas yang terperangkap dalam perut bumi, jadi secara konsep pembentukannya kalau misalnya mungkin kita dulu pernah mendengar istilah lempeng-lempeng. Lempeng itu sebenarnya bagian-bagian dari daratannya sangat luas lah ibaratnya ada Australia sebelah selatan terus ada Indo Asia di atas Euro Asia lah. Jadi ketika lempeng ini bertumpukan dipertemukan akan muncul gesekan gesekan,” Jelasnya