Erto menjelaskan, dengan adanya gesekan ini, maka akan muncul panas. Panas Bumi menurutnya akan membuat geothermal itu muncul. Erto menjelaskan, keterdapatan Geothermal biasanya dijalurnya. “Nah kebetulan di Pulau Flores ini dilalui oleh Cincin Api, Ring of Fire. Maka keterdapatannya itu akan ada, di sekitar itu, biasanya di sebelah Selatan”
Erto juga menjelaskan bagaimana cara mengembil panas bumu untuk menghasilkan uap yang menjadi sumber listrik. Menurutnya yang paling utama diambil adalah panasnya. Ketika kita melakukan sebuah proses pemboran yang dicari, yaitu, di mana keterdapatan panas itu biasanya di kedalaman Ribuan meter ke bawah.
Menurutnya, ketika sudah mencapai lapisan tersebut, panasnya kita ambil, lalu panasnya dialirkan oleh ke pipa ke atas sampai di pipa masuk ke Turbin. Panasnya inilah yang akan menggerakkan Turbin. Setelah Turbin itu digerakkan, panasnya ini akan dialihkan lagi kebawah ke sistem”, kata anak geologi lulusan Universitas Trisakti Jakarta itu.
Saat ditanya mengenai kebutuhan lahan yang diperlukan dalam untuk pemboran Geothermal, Erto menegaskan bahwa Pemboran untuk pipa itu tidak butuh banyak tempat atau lahan, tetapi untuk fasilitas penunjang memang dibutuhkan beberapa hektar.
“Pemboran itu sendiri lubangnya itu sekitar diatasnya ya sekitar 30 sampai 40 inci kurang lebih. Jadi kecil saja karena akan dibor ke bawah. Hanya saja untuk luas lingkup pengerjaannya mungkin 2 hingga 3 hektar. Mungkin butuh beberapa hektar untuk segala fasilitas”, katanya.