Lantas bagaimana dengan pengolahan uap yang berpotensi mengandung pencemaran? Erto mengatakan, zat kimian yang terbang bersamaan dengan uap dijinakan dengan tekonolgi yang tepat dan pengembang seperti PLN biasanya sudah mahir menjinakan ini, sehingga tak perlu takut risiko.
“Nah uapnya ini sebenarnya dia yang akan menggerakkan si Turbin ini, nah uap ini kan sebenarnya kan air cumin, karena prosesnya aja dia menjadi air, dia akan diarahkan lagi ke dalam istilahnya Resevoir. Reservoir ini tempat pembentukan si panas ini, dia kan siklus terus siklus terus.”
Ditanya apakah pemboran Geothermal ini mempengaruhi air tanah yang dipakai untuk keperluan sehari hari ia menegaskan penggunaan air tanah masih batas aman. “Secara konsep tidak mungkin terpengaruhi karena air permukaan itu ada hanya berada diatas sekitaran berapa meter kedangkalan lebih dangkal sementara target kita dalam. Mungkin karena ada beberapa kejadian tercemar ya mungkin karena pengaruh dari area lain.” Jelas Erto
Iapun membantah soal efek gempa yang besar akibat pengeboran Geothermal. “Secara konsep tidak mungkin, tetapi karena untuk getarannya getarannya kecil dan juga gempa itu kan dia kan proses Tektonik artinya ada pergeseran lempeng, lempeng ini yang bergeser maka akan menggetarkan beberapa wilayah.”
Menurut Erto dari sudut pandang keilmuan, geothermal ini paling aman untuk lingkungan dan keberlanjutan listrik Flores. “Efek secara lingkungan maksudnya pencemaran air , yang pertama yang paling concern kan Geothermal ini sebenarnya sulfurnya itu gas beracun, jadi sebenarnya sulfur itu dimanifestasi pun Geothermal itu dia sudah ada, seperti di beberapa tempat lain, uap air panas itu cuman kandungannya sedikit. Namun, prinsipnya begini, setiap itu pasti ada pemantauan, jadi ketika sulfurnya itu naik itu terus diantisipasi,” terangnya.