Oleh : Margaretha Sarnias, S.Pd
Guru SMPK St. Klaus Kuwu Ruteng
Pada kehidupan remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Bahaya merokok bagi remaja atau kaum muda menjadi perhatian serius, karena remaja seringkali menjadi sasaran penjualan rokok. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang mengapa anak muda menjadi target pasar rokok dan bagaimana cara menghentikan serta mencegah kebiasaan merokok pada usia yang masih muda.
Studi menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin untuk merokok daripada orang dewasa. Apalagi berdasarkan hasil riset terbaru mengatakan bahwa remaja yang merokok setiap tahun semakin meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 lalu, menunjukkan prevalensi merokok di bawah usia 10-18 tahun adalah 9,1 dan 22 dari 100 remaja usia 15-19 tahun telah merokok. Remaja merokok dapat menjadi ancaman serius bagi masa depannya dan masa depan bangsa.
Kebiasaan merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman informasi, termakan iklan, atau terbujuk rayuan teman. Hasil angket yang diperoleh Yayasan Jantung Indonesia, sebanyak 77 persen siswa merokok karena ditawari teman, tanpa mereka sadari racun perlahan menggerogoti tubuh. Dalam sebatang rokok mengandung 4.000 senyawa kimia dan 400 zat racun yang tentu sangat membahayakan tubuh.
Berdasarkan data dari Kesehatan Kementerian RI, hampir 80% dari total perokok di Indonesia mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Kelompok usia yang paling banyak merokok di Indonesia adalah usia 15-19 tahun. Di urutan kedua adalah kelompok usia 10-14 tahun. Usia tersebut masih tergolong kategori usia anak-anak, saat tubuh masih membutuhkan berbagai hal penunjang untuk membantu memaksimalkan pertumbuhan.
Merokok memberi dampak buruk baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Dari segi kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Terdapat 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker Paru,
Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya.
Selain itu, efek merokok pada anak dan remaja melibatkan masalah serius seperti penurunan proses penyembuhan luka, gangguan pernapasan seperti asma, pneumonia, dan bronkitis. Kecerdasan kognitif juga dapat terganggu akibat merokok, bersama dengan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan.
Bukan hanya kesehatan fisik yang terancam, tetapi juga kesejahteraan mental dan perilaku, termasuk gangguan perilaku dan infeksi telinga tengah. Remaja yang terjerumus dalam kebiasaan merokok dapat mengalami kesulitan melepaskan diri dari ketergantungan ini. Untuk memperoleh rokok, remaja melakukan tindakan tidak etis, seperti mencuri rokok dari orang tua bahkan memalak teman di sekolah.Sedikitnya, ada 3 faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
Di sejumlah kota di Indonesia, para pelajaran harus terjerat kasus hukum karena kedapatan mencuri rokok. Seperti di Kota Lampung, sebanyak Lima pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditangkap polisi usai membobol toko rokok elektrik (Vape) di Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Di NTB, Kabupaten Bima, seorang pelajar SMK Negeri 1 Woha memukul Gurunya karena menegur saat merokok.
![]()
![]()
![]()
