Bupati Hery Berharap Festival Seni dan Budaya Dapat Menumbuhkan Rasa Cinta Generasi Muda Pada Budaya Manggarai

Manggarai, SwaraNTT.net – Dalam rangka memajukan dan melestarikan seni dan budaya Manggarai, dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Manggarai menyelenggarakan festival seni dan budaya Manggarai (Manggarai Art and Cultural Festival).

Kegiatan dengan tema Rembong Neho Betong (rindang seperti bambu) ini dibuka secara resmi oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Frumencius L.T.K, SE, bertempat di pelataran parkir gereja Katedral Ruteng, senin 29 juli 2024 sore.

Acara pembukaan festival didahului dengan atraksi tarian yang dibawakan sebanyak 400 ratus siswa dan siswi SMK Sadar Wisata Ruteng.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Frumencius L.T.K saat membacakan sambutan Bupati Manggarai Herubertus G.L Nabit, S.E.,M.A mengatakan,festival seni dan budaya Manggarai dengan tema “Rembong Neho Betong” tentunya tidak dapat dilewati begitu saja. Tema festival”Rembong Neho Betong menyampaikan pesan selaksa makna yang dapat diaktualisasikan pada masa kini.

Bupati Hery berharap kegiatan festival ini dapat menjadi media memperkenalkan budaya Manggarai pada wisatawan dan menumbuhkan rasa cinta generasi muda pada budaya Manggarai, mengenal tradisi dan nilai-nilai budaya Manggarai yang sarat dengan kearifan.

Festival ini juga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian daerah dan membangkitkan ekonomi kreatif lokal Manggarai demi Manggarai yang lebih baik di hari-hari selanjutnya.

Dijelaskan Bupati Hery, rumpun melambangkan semangat persekutuan bagi orang Manggarai, bergerak mengikuti arah angin tapi tidak berpindah tempat. Budaya Manggarai senantiasa adaptif dengan perubahan jaman, namun tidak melupakan budaya Manggarai.

Bupati Hery menambahkan, bambu dalam budaya dan keseharian orang Manggarai merupakan tanaman yang paling banyak digunakan digunakan dalam menunjang kehidupan, bahkan sejak manusia dilahirkan.

Bambu terang Bupati Hery, diyakini menjadi penentu ada tidaknya mata air (kaer mata wae) bahkan menjadi dasar filosofi orang Manggarai “koas neho kota, neka beas neho kena” (kokoh seumpama susunan batu, tidak mudah lepas seumpama pagar). Bambu seolah dirancang untuk memberi manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan