Dukung Upaya Mitigasi Bencana, Warga Wae Rebo Siapkan Landasan Helikopter

Dominikus juga menekankan bahwa pariwisata yang berkelanjutan tidak terlepas dari kesiapsiagaan berbagai elemen, sinergi berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan.

“Seperti landasan helikopter yang digunakan untuk keperluan pendaratan pagi ini disiapkan warga kampung Wae Rebo sendiri secara gotong royong sebagai bentuk dukungan warga terhadap upaya mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah” katanya.

Posisi landasan helikopter (helipad) yang jauh dari keberadaan rumah adat (Mbaru Niang) dan pemukiman masyarakat juga diperhitungkan dengan seksama, guna memastikan bahwa lokasi pendaratan helikopter relatif aman dari pemukiman warga.

“Masalah kebencanaan ini kan tidak memandang batas administratif. Cara pandangnya harus secara holistik dan menyeluruh, dan menggunakan pola pikir krisis. Ini yang kemudian menjadi fokus kami, bersama BOPLBF, dan Dispar Kabupaten Manggarai Barat secara bersama-sama melakukan simulasi pendaratan dan evakuasi ini”, Dominikus menegaskan.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupate Manggarai, Anglus Angkat mengapresiasi dukungan berbagai pihak dalam upaya pemulihan kembali aktivitas pariwisata, khususnya pariwisata kampung Wae Rebo. Upaya menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat Wae Rebo dan para wisatawan, kata Dia dengan penguatan protokol kesehatan melalui edukasi dan penyiapan jalur evakuasi destinasi wisata kampung adat Wae Rebo, seperti yang dilakukan saat ini diharapkan memberikan optimisme kepada masyarakat Wae Rebo dalam menjalankan pariwisata.

“Terima kasih kepada BOPLBF dan BPBD yang telah bersinergi bersama kami mempersiapkan berbagai upaya pemulihan pariwisata Wae Rebo. Semoga dengan segala bentuk dukungan ini masyarakat makin percaya diri menerima kunjungan wisatawan dengan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan” imbuhnya.

Aktifitas pariwisata di kampung adat Wae Rebo sendiri sejak dibuka oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat pada 6 September 2020 lalu, masih membatasi kunjungan wisatawan. Pembatasan dilakukan dengan hanya menerima kunjungan harian. Hingga saat ini kunjungan wisatawan dalam rangka menginap belum diijinkan.

Landasan helikopter (Helipad) yang digunakan untuk keperluan pendaratan di kampung adat Wae Rebo sendiri pada selasa (22/09/2020) pagi, merupakan hasil gotong royong dari warga setempat dengan melakukan pembersihan lahan, penimbunan tanah, dan penyusunan papan.

Setelah berhasil mendarat, oleh warga setempat rombongan disambut dengan ritual adat ‘tudak’ yakni, ritual penyambutan tamu dan ritual permohonan restu, serta pemberitahuan kepada leluhur bahwa pendaratan helikopter dan rombongan tidak bermaksud untuk merusak alam, juga kepada Tuhan agar helikopter dan rombongan diberi perlindungan selama penerbangan.

Kampung Adat Wae Rebo sendiri merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Manggarai. Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi yang ada di Indonesia dengan pemandangan yang sangat indah dengan dikelilingi pegunungan yang ada.

Karena lokasinya yang cukup tinggi, untuk mencapai desa ini, para wisatawan harus melakukan trekking selama dua jam, untuk mencapai desa dengan melewati 3 pos pendakian, namun perjalanan itu akan terbayar dengan ramahnya penduduk, pemandangan yang indah, dan juga kopi panas asli yang merupakan salah satu produk perkebunan masyarakat Desa Wae Rebo.