Merespons kekhawatiran sebagian masyarakat di Poco Leok yang masih ragu dengan PLTP, Dian memberikan perspektif optimistis. “Ketakutan itu wajar untuk sesuatu yang baru, tetapi lama-kelamaan kita akan terbiasa dan merasakan manfaatnya,” katanya.
PLTP Mataloko: Infrastruktur yang Menghidupkan Ekonomi

Pembangunan PLTP Mataloko di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, mulai dilakukan pada tahun 2024 dengan tahap awal berupa pembukaan akses jalan sepanjang 8 km menuju lokasi proyek. Perbaikan jalan ini menjadi langkah pertama sebelum pembangunan wellpad.
Pengembangan infrastruktur ini telah membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. Dengan akses yang lebih baik, aktivitas perdagangan dan mobilitas warga menjadi lebih lancar, serta membuka peluang pekerjaan bagi penduduk lokal yang terlibat dalam proyek pembangunan.
Stefanus, seorang pengrajin parang di Dusun Poma Mana, merasa usahanya semakin berkembang. “Dulu akses ke tempat kami sulit, sehingga pelanggan terbatas. Sekarang, jalan sudah bagus, omzet kami meningkat,” katanya. Hal yang sama juga dirasakan Lorensius Tena, warga sekitar PLTP, yang menilai bahwa peningkatan aksesibilitas turut mempermudah kehidupan sehari-hari. “Sekarang perjalanan ke gereja, sekolah, dan pasar lebih nyaman dan aman,” ujarnya.
Selain pembangunan infrastruktur, berbagai inisiatif masyarakat juga berkembang, seperti pembangunan gazebo di Kampung Adat Wogo, pengembangan usaha ternak dan pertanian, serta peningkatan sarana pendidikan dan sanitasi lingkungan. Ini menunjukkan bagaimana keberadaan PLTP dapat mendorong perkembangan sosial-ekonomi masyarakat sekitar.
“Bagi kami, PLTP bukan hanya soal listrik, tapi juga soal bagaimana desa kami berkembang. Dulu jalan ini rusak, akses susah, tapi sejak proyek ini berjalan, desa kami jadi lebih hidup,” ungkap warga setempat.
PLTP Ulumbu: Energi yang Membawa Cahaya ke Pegunungan Poco Leok

Sejak mulai beroperasi pada 2011 dengan kapasitas 4 x 2,5 MW, PLTP Ulumbu di Manggarai telah menjadi sumber energi utama bagi masyarakat sekitar. Hendrik K., warga Desa Lungar, menceritakan bagaimana sebelum adanya listrik stabil, anak-anak mereka terpaksa belajar menggunakan lampu minyak.