“Yang saya pikirkan adalah ada anak-anak yang mengganggu dari luar asrama,” bebernya.
Dirinya membantah, salah satu dari delapan orang anak asrama tersebut setelah dipukul giginya rontok.
Dirinya juga mengaku, bukan sebagai pengelola asrama, hanya punya kepedulian terhadap anak-anak asrama tersebut.
“Pada prinsipnya, anak asrama saya anggap weta daku (adik perempuan) dan anggap anak daku (anak sendiri),” ungkapnya.
Tak hanya itu kata dia, sebagai bentuk kepeduliannya terhadap anak-anak asrama tersebut, ia juga sering mendidik sampai urusan jemur pakaian.
“Saya juga didik mereka, kamu ini anak perempuan dan begini cara jemur pakaian. Begitu bentuk kepedulian seorang bapak, seorang saudara, seorang kakak,” ucapnya.
Terkait penyelesaian masalah tersebut, dia menjelaskan telah ditempuh dengan cara damai yang dihadirkan kedua belah pihak dan disaksikan oleh perwakilan pemerintah desa Kajong dan sejumlah tokoh masyarakat.