Komitmen Transisi Energi, Pemerintahan Prabowo Tingkatkan Kapasitas Listrik Ramah Lingkungan di Indonesia

Jakarta, SwaraNTT.net – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan untuk terus meningkatkan kapasitas listrik nasional lebih dari 100 Giga Watt (GW) dalam 15 tahun mendatang. Target ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi energi bersih.

Target tersebut setara dengan 75% dari total kapasitas tambahan pembangkit listrik baru yang akan dibangun sampai 2040. Pemerintah rencananya akan membangun tambahan 102 GW kapasitas pembangkit listrik baru sampai 15 tahun mendatang.

Selain 75 GW pembangkit energi terbarukan, selebihnya akan dibangun 22 GW pembangkit listrik berbasis gas bumi dan 5 GW Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Target tersebut diumumkan oleh Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo saat membuka Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim Dunia COP29 di Baku, Azerbaijan, pada 11 November 2024 lalu.

Hashim menyebutkan, target itu direncanakan tak lain sebagai upaya Indonesia untuk menangkal perubahan iklim global.

“Akan ada program baru yang ditawarkan Pemerintahan Presiden Prabowo kepada dunia. Pertama, akan ada 100 Giga Watt energi baru yang akan diimplementasikan oleh pemerintahan baru dalam 15 tahun ke depan, di mana 75% atau 75 Giga Watt akan berasal dari energi terbarukan,” paparnya saat menjadi pembicara kunci saat pembukaan Paviliun Indonesia di COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).

Detailnya, target 75 GW tersebut akan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dan di luar itu, ada tambahan 22 GW berasal dari gas bumi, dan bahkan 5 GW untuk PLTN.

“Ini komitmen kita. Ini komitmen pemerintahan baru,” ujarnya.

Melimpahnya sumber energi terbarukan tersebut, pemerintah pun saat ini menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan sebesar 75 Giga Watt (GW) hingga tahun 2040.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal itu didukung oleh salah satu fakta bahwa Indonesia menyimpan ‘harta karun’ berupa panas bumi terbesar kedua di dunia, yang mana Indonesia menyimpan cadangan hingga 40% panas bumi dunia.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya kini tengah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Hingga 2040, diperkirakan akan dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru sampai 100 GW.

“Pak Hashim tadi sudah umumkan, sekitar 75% dari tambahan kapasitas pembangkit listrik baru berasal dari energi terbarukan. Artinya, kita sudah bergerak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Ini berasal dari PLTA, geothermal, dan lainnya,” ucapnya saat menjadi pembicara pada panel diskusi di Paviliun Indonesia COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).

Dia memaparkan, total sekitar 102 GW pembangkit listrik baru akan dibangun selama 2024-2040. Rinciannya, 75 GW dari energi terbarukan, seperti 15 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), 27 GW PLTS (atau naik menjadi 32 GWh bila menggunakan bateria/ BESS), lalu PLTA 25 GW, 1 GW bioenergi, dan 7 GW dari PLTP atau geothermal. Kemudian, 22 GW dari gas bumi dan 5 GW dari PLTN.

Di kesempatan lain, Darmawan pun menyebut, target ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi pihaknya dan juga Indonesia untuk berkolaborasi dan menyediakan sumber energi bersih yang murah.