”Penerapan toleransi di lingkungan sekolah kita pastikan bukan hanya untuk mencegah konflik, tapi juga bagian dari pembentukan karakter peserta didik agar menjadi peserta didik dan warga negara yang bijak, terbuka, dan dapat menghargai perbedaan. Kita masih harus mengingatkan bentuk-bentuk diskriminasi, perundungan, stereotip, kekerasan seksual, dan eksklusi sosial yang masih sering terjadi di lingkungan sekolah,” kata beliau.
”Sekolah perlu menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan harmonis, serta jauh dari perundungan atau kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak khususnya kekerasan seksual. Terkait hal ini, kami perlu tegaskan bahwa sekolah-sekolah di NTT mulai dari SD, SMP, SMA semuanya kami minta agar para Guru-Guru dan Kepala Sekolah harus pastikan untuk mengantisipasi dan mencegah adanya kekerasan seksual. Harus dinolkan atau ditiadakan dari setiap sekolah,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, harus ada sinergitas dari semua pihak untuk mencegah kekerasan seksual pada kelompok perempuan terhadap perempuan.
”Saya berharap dengan launching sekolah keberagaman ini tentunya sebagai SMA Negeri 5 Kota Kupang dan SMA Negeri 1 Kota Kupang sebagai pilot projectnya dapat memberikan inspirasi bagi sekolah-sekolah di Kota Kupang lainnya dan juga sekolah-sekolah SMA di NTT untuk mengaplikasikan toleransi keberagaman,” ungkap beliau.