Oleh : Manuela Marina Sabatani
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya
Sebagai salah satu profesi yang berada di garda terdepan, Perawat memiliki peran yang besar dalam merawat pasien Covid-19. Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dibantu, akan tetapi pemenuhan kebutuhan psikologis, kebutuhan spiritual serta kebutuhan untuk didengar dan dimengerti.
Perawat terus menjalankan profesinya memberikan perawatan kepada pasien Covid-19, meskipun resiko yang dihadapi sangat besar, tidak hanya mengacam kesehatan sendiri namun juga keluarga tercinta. Semangat menolong jiwa lain sebagai komitmen kepada sumpah profesi, juga merupakan bentuk pelaksanaan dari perintah agama untuk melayani sesama yang membutuhkan pertolongan.
Dalam Gereja Katolik, kita banyak menemukan teladan yang semasa hidup mengabdikan diri untuk melayani mereka yang sakit, miskin, terlantar, lemah, dan terpinggirkan. Salah satu teladan yaitu Beata Hanna Helena Chrzanowska, yang adalah seorang Perawat dan Anggota Ordo Santo Benediktus (OSB).
Saya datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk Melayani.
Lahir di Warsawa 7 Oktober 1902, Hanna Helena Chrzanowska dibesarkan dari sebuah keluarga yang terkenal dermawan karena hidup pelayanan mereka. Semasa hidupnya, ia mengabdikan diri untuk melayani orang sakit, miskin dan terlantar. Saat bekerja, Hanna menyadari bahwa dia melayani Yesus Kristus yang hadir dalam diri mereka yang sakit dan menderita. Dalam tulisannya Hanna mengatakan
“Pekerjaan saya bukan hanya sekedar profesi, melainkan sebuh Panggilan. Saya akan memahami panggilan ini, jika saya melakukan dan menjalankan kata-kata Kristus; “Saya datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani”.
Berkat pengabdian dalam bidang kesehatan dan kemanusiaan, Hanna Helena Chrzanowska mendapatkan penghargaan dari pemerintah Polandia, salah satunya yaitu “Order of Polonia Restituta”. Dan pada tahun 1965 atas rekomendasi dari Uskup Agung Karol Wojtyła, dia dianugerahi medali ‘Pro Ecclesia et Pontifice’ oleh Paus Paulus VI.
Hanna menempuh pendidikan di sekolah menengah yang dikelola oleh para suster Ursulin dan lulus dengan prestasi yang memuaskan. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, dia mengikuti kursus Palang Merah untuk membantu korban perang Bolshevik Polandia. Setelah lulus dari Sekolah Perawat Warsawa pada tahun 1924, ia mendapatkan beasiswa untuk memperdalam ilmu keperawatan ke Prancis dan Belgia.
Selama tahun 1926-1929, bekerja sebagai pengajar di Sekolah Keperawatan Kraków dan menjadi Wakil ketua dari Asosiasi Perawat Profesional Polandia selama bertahun-tahun. Hanna, pernah menjadi editor publikasi bulanan “Nurse Poland”. Dan untuk mengatur status profesional perawat di polandia, Hanna juga turut berpartisipasi aktif dalam mempersiapkan Undang-Undang tersebut. Serta mempunyai andil dalam pembentukan Asosiasi Perawat Katolik Polandia, pada tahun 1937.
Sebagai perawat dan pemimpin, ia dikenal karena kesederhanaan serta dedikasinya dalam melayani sesama. Di awal perang Dunia II, dia kembali ke Kraków dan secara sukarela bekerja dengan Komite Kesejahteraan Polandia, mendedikasikan seluruh kekuatan dan keterampilan yang ia miliki untuk mengurus para pengungsi, tahanan, dan orang-orang terlantar. Dia merawat anak yatim piatu, termasuk anak-anak Yahudi, serta mencari keluarga angkat dan tempat penampungan yang aman untuk mereka.
Dia bahkan turut andil dalam mengorganisir perkemahan musim panas di luar Kraków dan membantu memberi makanan dan susu untuk anak-anak yang kelaparan. Ia bekerja tanpa kenal lelah, dan mengabdikan diri untuk sesama yang miskin, ditinggalkan, diasingkan, lemah, dan terpinggirkan. Kekejaman perang dunia II, membawa peningkatan pada kehidupan spiritualnya, dengan doa pribadi yang mendalam dan penghormatan terhadap Ekaristi.
![]()
![]()
![]()
