Sementara itu, Kepala Pos Polisi Kecamatan Elar, Briptu Lalu Sukiman, memastikan bahwa situasi keamanan di wilayah tersebut tetap stabil.
Pada sesi inti, IPTU Silvester Guntur menjelaskan adanya perubahan strategi penanganan terorisme sejak 2020. Jika sebelumnya Densus 88 lebih menekankan penindakan, kini pendekatan edukasi publik menjadi prioritas untuk mencegah tumbuhnya radikalisme sejak dini.
“Pendekatan keras saja tidak cukup. Edukasi masyarakat membuat dua tahun terakhir Indonesia mencapai zero attack,” tegasnya.
Ia juga memaparkan bahwa terorisme berasal dari akar intoleransi, yang kemudian berkembang menjadi radikalisme dan berujung pada tindakan teror.
Silvester menyoroti pola baru rekrutmen kelompok radikal yang kini marak di ruang digital.
“Kalau dulu lewat kajian dan buletin, kini mereka masuk melalui media sosial hingga game seperti Free Fire atau Roblox. Dari bermain bersama, mereka membentuk grup diskusi, lalu mulai indoktrinasi,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa terorisme tidak identik dengan satu agama tertentu, sehingga kewaspadaan harus dibangun tanpa stigma dan diskriminasi.
Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Pastor Teri, SVD, menyampaikan kekhawatirannya terhadap maraknya pesta mabuk di kalangan remaja dan berharap pembinaan karakter terus diperkuat.
Silvester menanggapi sigap dan menyatakan kesiapan untuk hadir kapan saja jika diundang masyarakat.
Tokoh masyarakat Romanus Rasi turut memberikan apresiasi atas proses pemulihan Yanto dan keberaniannya berbagi pengalaman pahit.
Sementara para pelajar yang hadir mengajukan beragam pertanyaan, mulai dari cara rekrutmen, efektivitas terorisme dalam tujuan politik, hingga cara mengenali pendekatan melalui game online.
Baik Yanto maupun Silvester memberikan penjelasan rinci tentang strategi kelompok radikal dalam memanfaatkan psikologi remaja dan celah sosial di masyarakat.
Menutup kegiatan, Camat Ponsianus Darusman mengajak seluruh peserta menjaga kerukunan sosial serta memperkuat ketahanan masyarakat dari berbagai bentuk ajaran ekstrem.
“Kami bersyukur Yanto telah kembali dan memberi kita pelajaran besar. Harapannya, Elar menjadi wilayah yang tangguh terhadap paham yang mengancam persatuan bangsa,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan seruan bersama untuk memperkokoh ketahanan generasi muda dari bahaya intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme.***
![]()
![]()
![]()
