Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, ada beberapa keahlian yang dibutuhkan agar dapat sukses dalam menghadapi dinamika dunia kerja yang terus berubah. Terdapat empat keahlian utama yang dibutuhkan untuk menghadapi industri 4.0.
Pertama, kita harus memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi. Dengan istilah lain, kita harus melek teknologi. Yang dimaksud dengan keterampilan informasi, media, dan teknologi meliputi literasi media, keaksaraan visual, literasi multikultural, kesadaran global, dan literasi teknologi.
Kedua, keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi kreativitas dan keingintahuan, pemecah masalah (problem solving), dan pengambil resiko.
Ketiga, terampil dalam hidup dan belajar seperti memiliki jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab, memiliki nilai etis dan moral, produktivitas dan akuntabilitas, fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan mengarahkan diri.
Keempat, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi efektif seperti mampu bekerja dalam tim dan berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, dalam berkomunikasi harus interaktif, memiliki orientasi nasional dan global.
Dapat disimpulkan bahwa usia produktif di era bonus demografi harus mempunyai daya saing yang kuat agar bisa berkompetisi menghadapi revolusi industri 4.0 yang semakin canggih.
Jangan hanya akan menjadi penonton sebuah revolusi dan hanya menjadi korban sebuah disrupsi inovasi. Yang jelas, tentu sebuah inovasi memerlukan semangat jiwa para pemuda khususnya Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi ini. Pemuda dituntut agar mampu tidak hanya berkomunikasi pada masyarakat dunia luas, tapi juga kemampuan dalam berkomunikasi pada canggihnya teknologi terbaru.
Dengan inovasi pada jiwa pemuda masa kini, hal itulah yang akan membantu terciptanya beberapa lapangan pekerjaan baru yang akan sangat memengaruhi bonus demografi pada Indonesia dalam konteks NTT
NTT Sulit Capai Bonus Demografi
“Angka kelahiran total NTT masih tinggi di atas nasional yaitu 3,2 anak per wanita usia subur, sementara naisonal 2,6 anak per wanita usia subur,” kata Marianus Mau Kuru, diselah kegiatan Seminar Advokasi Program Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan Bedah Masalah Kependudukan di Kupang, Senin.
Komentar