Refleksi Akhir Tahun
Oleh: Gregorius Y. Setiawan
Terkadang masa lalu mengusik kita dengan rasa bersalah dan masa depan dengan kecemasan.
Banyak hal sudah terjadi dalam hidup kita selama tahun 2020 ini, apalagi dalam menghadapi tantangan yang cukup berat dimasa covid-19 yang melanda dunia mungkin ada diantaranya yang membuat kita tidak tenang, menyesal, marah, bingung dan perasaan ini selalu diiringi dengan rasa bersalah.
Dan rasa bersalah itu mengatakan “Seharusnya dulu aku tidak melakukannya”*…”Seharusnya saat itu aku dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan bukan keputusan yang bodoh, dan seterusnya.
Mungkin rangkaian kata seharusnya itu akan bertalu-talu di hatimu seolah ingin menghakimi kita. Kata inilah yang sering membuat kita merasa bersalah dan menjadi musuh dalam hidup kita.
Namun semua yang sudah terjadi tidak dapat kita ubah lagi, Kita tidak dapat mengubah lembaran-lembaran masa lalu kita. “Aku yakin bahwa hidup adalah 10% dari apa yang terjadi padaku dan 90% adalah bagaimana aku bereaksi terhadap apa yang terjadi itu” Charles Swindoll
Hal ini berarti bahwa setiap kita bertanggung jawab terhadap sikap-sikap kita sendiri. Kita tidak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat mengubah sikap-sikap kita yang salah dimasa lalu.
Satu hal yang istimewah bahwa kita memiliki kesempatan setiap hari untuk memilih sikap apa yang akan kita ambil untuk hari itu. Karena itu mari gunakan kesempatan itu dengan bijaksana, supaya kita tidak menyesal di kemudian hari.
Hal yang lebih buruk daripada rasa bersalah dan penyesalan adalah rasa cemas. Kecemasan kita sering menghantui hidup kita dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika saya tidak mendapatkan pekerjaan?…,….”Bagaimana jika gadis yang saya sukai ternyata tidak suka dengan saya? “Bagaimana…jika usaha saya ini tidak berhasil?, Serta banyak kecemasan lainnya yang memenuhi benak kita.
Padahal rasa cemas yang berlebihan justru akan menghancurkan kita. Seandainya…, inilah kata yang akan merampas sukacita dalam hidup kita. Lawan dari seandainya adalah kepastian.